Monday, August 10, 2015

Sujud Perhambaan



Sujudnya itu saat terindah solatnya. Posisi terdekat hamba kepada Tuhan. Menyembah seakan Allah bertakhta di hadapan. Dahi yang terjunjung di setiap bangun, mencium tanah penuh rendah, yang selayaknya pada posisi serendah-rendah alam.

Sejurus, tahiyyatnya pada kekhusyukan sama. Membisik melantun kalimah penuh berkah mengharap serta perhambaan syahadah. Shalawat keatas Muhammad saw sekeluarga serta Ibrahim alayhissalam.

Dan akhir solat dilengkap salam, menyempurna perhambaan dan menyambut lembut sapaan duniawi.

"Demi Allah, jika tidak kerana kalian beranggapan aku memanjangkan solat kerana takut mati, nescaya aku perpanjangkan lagi solatku.."

Dan sosok tubuh itu diheret keras ke kayu berpalang. Terikat dan seluruh masyarakat menyaksikan anggota-anggotanya terpotong.
[kredit]

"Relakah engkau digantikan Muhammad dan kamu selamat?"

Kudrat yang tersisa itu masih mampu menggagah bicara, "Demi Allah, aku tidak rela duduk selamat bersama anak isteri dan membiarkan Muhammad ditusuk duri."

Sejurus, pengamat-pengamat hukuman itu menjerit, "Bunuh dia!"

Dan tanah yang tadinya menyaksikan sujud sang hamba, menadah percikan darah sahabat itu.

Turut di barisan hadapan menyaksikan pembunuhan Khubaib adalah Said ibn Amir al-Jumahiy. Terkesan. Dan sering termimpi-mimpikan kejadian itu.

Dan umum tahu, Said ibn Amir al-Jumahiy memeluk Islam ekoran peristiwa itu, seterusnya menjadi gabenor Himsy yang sangat tawadduk dan zuhud.

Nyawa yang dikandung harus dikenderai, kalau ajal itu destinasinya; bukan sebaliknya.

Hidup para salihin salihat adalah perjalanan memilih cara terbaik untuk mati.
Kematian yang menggugah, atau hanya khabar yang terkubur sekadar kisah?


[Sujud Pehambaan]
Habiburrahim



Sunday, August 9, 2015

Bual Mesra



Terkisah, Umm Imarah alAnsari menemui baginda Sang Rasul saw dalam merintih kesah, membicara, "Wahai Rasulullah, aku melihat segala sesuatu itu berkaitan dengan lelaki sedangkan untuk kaum wanita tidak disinggung sedikit pun."

Adapun tersurat kesah sahabiah itu tidak meniatkan domba, apatah meragu. Ternyata, Umm Imarah lebih terkoyak sobek saat dirinya tidak disinggung Tuhan.

Maka, Allah menurunkan firmanNya, lantas membalas bicara Umm Imarah.

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar."
[33:35]

Adalah agung, kepingan-kepingan firman Yang Mulia, menyahut bicara manusia tak terupaya.

Adalah agung, saat Allah Maha Sempurna merendah-rendah darjat kesempurnaan Sang Penguasa, membicara dengan bahasa hamba dina, agar terfahami seluruhnya.

AlQuran itu bicara dua hala, terhubung keterikatan langit dan bumi.

Selamat berbual mesra para pembaca surat CintaNya :)

[Bual Mesra]
Habiburrahim
Doa dan Quran



Gadgets By Spice Up Your Blog