Dahinya berkerut, seribu. Kelopak mata memejam, erat. Semahu ditahan.
Urat didahi menjelas segala. Sakit dari juluran kaki itu menjalar, ke seluruh badan. Namun, jasad bertegas, kaku seadanya. Tak terketarkan, walau kudrat seluruh tubuh tambeng menginginkan.
Perih bertahan, tapi lumrah tubuh merembes air, meluap sakit dengan takungan air mata. Air mata itu jatuh jua pada pipi putih baginda.
"Apa hal dirimu ya Abu Bakr?" tanya baginda, setelah bangun dari riba sahabatnya.
"Aku disengat, demi ibu bapaku korban untukmu, ya alayhissalam."
Sunnah berjuang,
Sejuta bakal berantak
Bila ruh bergulatbergumul
Mari jujur
Siapa mampu bertahan
Saat sengat menjamah badan
Kala panah teracak bertatu pada badan
Andai tertusuk pedang
Tika jatuh berulang-ulang?
Setidaknya,
Kita pungut sisa keringat yang tertahan
Dari kalah, jatuh pada lawan
Baginda menawarkan, melumur bekas sengatan itu dengan ludahan baginda. Saat itu, kesakitan terpudar.
Maka, keajaiban.
Setiap penawar,
pahit, bukan?
[Penawar]
Habiburrahim
No comments:
Post a Comment